Anak adalah aset bangsa yang begitu berharga, mereka pemegang tongkat estafet sekaligus kekuatan bangsa di era kemajuan teknologi. Di tangannyalah masa depan bangsa dipertaruhkan. Karena itu, anak-anak patut untuk mendapatkan perlindungan dengan baik.
Di era kemajuan teknologi dewasa ini, banyak tantangan yang dihadapi para orang tua dalam proses perkembangan anak, khususnya ketika anak sudah menginjak usia pubertas.
Pubertas merupakan tahap perkembangan seorang anak menjadi dewasa secara seksual. Biasanya, anak perempuan mengalami pubertas pada usia 10 hingga 14 tahun, sementara pada anak laki-laki, pubertas terjadi pada usia sekitar 12 hingga 16 tahun.
Di usia ini, biasanya anak mulai mengenal istilah ‘pacaran’. Jika kebablasan dan tidak terkontrol dengan baik oleh orangtua, anak bisa terjerumus pada fenomena pergaulan bebas. Pergaulan bebas inilah yang sangat merusak tongkat estafet kekuatan bangsa.
Pergaulan bebas bisa diartikan sebagai perilaku gonta-ganti pasangan seksual tanpa didasari ikatan pernikahan. Pergaulan bebas pada anak atau remaja, terjadi karena kemajuan teknologi yang dengan mudah memberikan akses informasi seputar seks.
Tak heran, apabila tindakan yang mengarah pada pelecehan dan kekerasan seksual pun kerap terjadi pada anak.
Yang perlu dipahami adalah, antara pelecehan seksual dan kekerasan seksual itu beda. Mulai dari definisi hingga bentuk tindakannya.
University of California, Amerika Serikat mendefinisikan pelecehan seksual sebagai sebuah tindakan atau perilaku seksual yang tidak diinginkan korban atau dilakukan tanpa persetujuannya.
Pelecehan seksual biasanya berbentuk seperti rayuan seksual yang tidak diinginkan. Biasanya pelaku melakukan pelecehan seksual dengan tujuan tertentu yang dapat menyinggung, mempermalukan, atau mengintimidasi korban.
Pelecehan seksual juga bisa terjadi dalam tindakan seperti secara tiba-tiba menyentuh atau merabah bagian tubuh korban, dimana korban tidak menginginkannya.
Sementara itu, kekerasan seksual sifatnya memaksa korban. Tindakan ini dilakukan dengan cara memanipulasi atau menguasai si korban, hingga korban merasa tidak berdaya untuk melakukan aktivitas seksual yang tidak dikehendakinya.
Contoh kekerasan seksual seperti memerkosa, percobaan pemerkosaan, penganiyaan seksual, adanya pemaksaan terhadap korban untuk mengirimkan foto atau video dengan pose seksual.
Nah, guna menyelamatkan anak sebagai penerus bangsa, makanya itu sejak dini anak perlu mendapatkan pendidikan seksual guna menghindari perihal negatif dari pergaulan bebas.
Meski masih sering dianggap tabu, pendidikan seks pada anak sangat berguna untuk mencegah penyebaran penyakit menular seksual, bahkan kehamilan yang tidak direncanakan hingga terjadi pernikahan usia dini.
Selain pendidikan soal seks, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh para orangtua agar dapat menghindarkan anak-anaknya dari resiko pergaulan bebas.
1. Memiliki Pendirian yang Teguh
Dengan memiliki sikap ini, anak tidak mudah terpengaruh dengan ajakan negatif dari temannya.
2. Selektif dalam memilih teman
Lingkungan pertemanan acapkali mempengaruhi pembentukan karakter anak. Maka dari itu, anak perlu selektif dalam memilih teman. Dalam hal ini peran orang tua juga sangat dibutuhkan.
3. Mendekatkan Diri dengan Agama
Anak yang sejak dini diajarkan paham paham agama memiliki pondasi kuat, karena telah diajarkan mana perbuatan yang baik dan yang mana perilaku buruk yang perlu dihindari.
4. Menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan positif
Seorang anak yang banyak mengikuti kegiatan positif akan lebih sibuk dan membantu pembentukan karakternya.
5. Menjaga Komunikasi Orangtua dan Anak
Adanya komunikasi yang baik antara anak dengan orangtuanya juga bisa mencegah anak dari perilaku perilaku negatif. Karena dengan adanya komunikasi secara terbuka, orangtua dapat mengetahui masalah yang terjadi pada anak mereka.
Penulis: Tiara Az-Zahra Nur Hasan